Berat sebenarnya menulis cerita ini, karena jujur luka itu masih meninggalkan trauma yang mendalam dihati ini. Sy takut peristiwa itu terulang kembali di rumah tangga kami.
Saya menikah dengan seorang suami yang sangat saya cintai. Suamiku bekerja di sebuah perusahaan swasta, dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami.
Sejak awal kami menikah hingga kami memiliki anak satu, keadaan rumah tangga kami baik-baik saja. Suami sangat sayang dengan keluarga kecil kami. Penuh perhatian dan kehangatan, dan selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama kami, meskipun dia cukup sibuk dengan pekerjaannya.
Bahkan tak segan-segan dia membantu mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari nyapu, ngepel, cuci piring, nyuci baju, kadang sampai memasak.
Namun semua kisah bahagia itu sedikit demi sedikit mulai sirna, sejak kelahiran anak kami yang kedua. Entah apa sebabnya, suami yang dulunya perhatian, kini sudah mulai acuh dengan kami.
Yang dulu selalu pulang kerja di awal waktu, kini lebih sering pulang malam. Bahkan tak jarang suami tidak pulang sama sekali. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan katanya.
Perlahan tapi pasti, hubungan kami menjadi tidak harmonis lagi. Sy sudah jarang sekali ngobrol dan bersenda gurau dgn suami. Dia lebih asik dengan dunianya. Dan saya tidak tahu, apa yang sebenarnya dilakukan diluar sana.
Yang lebih parahnya lagi, jatah uang belanja kami ikut dipangkasnya. Padahal kami punya tanggungan 2 orang anak yang masih balita. Tentu kebutuhannya bukan cuma untuk makan saja. Harus beli susu, beli pampers, dan keperluan bayi lainnya, yang tentu tidak sedikit jumlahnya.
Miris kadang merasakannya, tapi ya mau gimana lagi, saya ga punya pilihan karena kedua anakku harus tetap makan π’
Sementara ayahnya semakin hari semakin asing dengan keluarganya. Lebih banyak tidur diluar daripada dirumah bersama anak dan istrinya.
Sebenarnya saya tak mampu lagi bertahan dalam kondisi seperti ini. Pernah sekali saya tanya kepada suami, knp sekarang jarang pulang dan tidak perhatian dengan keluarga. Tapi dianya malah emosi dan marah-marah. "aku begini karena nyariin makan buat kamu"
Sedih hati ini mendengar suami bilang begitu πππ. Tapi ya sudahlah, sy berusaha mengabaikan itu semua, karena takut masalahnya menjadi semakin besar. Dan saya ga mau nnti kedua anak sy yg jadi korbannya.
Seiring berjalannya waktu, karena tingkah suami yang semakin menjadi-jadi, saya beranikan diri untuk mencari tahu, apa sebenarnya yang dilakukan suami diluar sana. Kebetulan ada temen SMA sy dulu yang sekantor dengan suami sy. Neneng namanya.
Akhirnya sy telp Neneng, dan saya ajak dia ketemu. Kami sepakat untuk bertemu di sebuah kafe yang berjarak kurang lebih 2km dari rumahku.
Di hari pertemuan itu, cuaca cukup panas. Sy pergi ke tempat pertemuan dgn berjalan kaki, sambil menggendong kedua buah hatiku. Kasihan sebenarnya kedua anakku, mereka yang masih balita itu, harus menanggung derita disebabkan kelakuan ayahnya π’
Tapi mau gimana lagi, hari itu sy sdh tidak punya uang sama sekali. Uang belanja yang diberikan suami, hanya cukup untuk bertahan hidup beberapa hari. Kami nekat berjalan kaki sejau 2 km berpanas-panasan, demi sebuah harapan agar rumah tangga kami harmonis kembali.
Gajiku sebagai guru honorer tidaklah seberapa
Sepanjang perjalanan, banyak sekali orang yang memperhatikan kami. Tak jarang beberapa orang singgah berhenti dan menawari tumpangan. Mungkin mereka kasihan melihat kami.
Setelah berjalan hampir 1 jam, sampailah sy di lokasi yg dijanjikan. Ternyata si Neneng blm datang.
Terpaksa saya menunggu di parkiran depan kafe sambil menggendong anakku yg sudah hampir tertidur. Mungkin dia kecapekan.
Pengen sebenarnya duduk di dalam kafe sambil minum seteguk walau cuma sekedar air putih, karena keringnya kerongkongan yg sedari tadi menahan haus. Tapi keinginan itu buru2 sy hilangkan, krn saya sadar sya tidak punya uang sama sekali saat itu. "Gimana nanti bayarnya?" Pikirku saat itu.
Singkat cerita, si Neneng pun datang dan mengajaku untuk masuk kedalam.
Tanpa panjang lebar, obrolan langsung ku arahkan ke pokok permasalahan.
"Neng, apakah suamiku dikantor ada selingkuh dengan wanita lain?" tanyaku kpd si Neneng.
Seperti bingung menemukan jawaban yang tepat, si Neneng kemudian menjawab "setahuku sih engga Din. Cuma sekarang ini suamimu memang lagi deket sm salah satu karyawan baru di kantor. Cuma ga tau deh, apakah itu sebatas hubungan pekerjaan atau ada hubungan yg lain. Yang aku tahu sih memang suamimu sering keluar bareng sama dia".
Mendengar jawaban si Neneng, dada ini rasanya seperti ditusuk-tusuk. Matapun tak kuasa untuk menahan airnya.
Mungkin karena kasihan melihatku, akhirnya si Neneng menimpali ucapannya dgn kalimat sedikit menenangkan.
"Din sebenarnya suami kamu itu orangnya baik. Aku kenal bgt lah siapa suamimu. Dia bukan tipe orang yang doyan sm perempuan. Cuma memang si karyawan baru ini suka manja2 dan suka cari perhatian sama suami kamu. kayanya memang dia sengaja godain suami kmu"
Mendengar perkataan dia, hatiku jd sedikit tenang, krn sedikit bnyak suamiku tdk benar2 berniat selingkuh.
Disisi yg lain, darah ini terasa mendidih pengen ngelabrak perempuan yang telah merusak rumah tanggaku π€π€π€
Si Neneng pun melanjutkan bicaranya
"Din, maaf ni sebelumnya, kalau aku lihat sepertinya suami kamu sekarang kaya kurang dapat perhatian dirumah, jadinya dia tergoda begitu ada perempuan lain yang ngedeketin dia. Padahal aku tahu persis kok, klo suamimu itu sebenarnya bukan tipikal orang yang suka selingkuh.
Satu lagi Din, penampilan kamu diperhatikan atuh.
Coba ajak suamimu beli rumah di SanFai property. Insya Allah Kamu akan mendapatkan Rumah yg Islami dengan harga yg EKONOMIS .
Semoga suami kamu jadi betah dirumah . Kalau rumah kamu di SanFai property , Insya Allah suami Kamu tdk berpaling. Klo gw jd suamimu, gw juga ogah deket2 sm kamu".
cuma gara2 salah pilih rumah, Kamu jadi begini π·π·
Setelah saya pikir2, betul juga apa yang Neneg bilang.
Singkat cerita, pertemuan kita harus berakhir karena waktu istirahat si Neneng sudah habis dan dia harus segera kembali ke kantor.
Dan sebelum kami berpisah, si Neneng menitipkan sesuatu.
"Nih hadiah buat kamu".
Akhirnya pertemuan kami pun berakhir dgn oleh2 dari si Neneng.
Begitu sampai di rumah, langsung kubuka bungkusan dari si Neneng .
Penasaran jg apa isi sebenarnya. Begitu sy buka, ternyata isinya info yg sangat bagus :
Jika ingin mendapatkan Perumahan Islami dgn harga ekonomis, segera hubungi :
082211315490
Aku mendoakan semoga suami Ku bisa dapat rezeki agar bisa beli rumah di SanFai property.
Tak lama kemudian, suami pun pulang kerumah. Segera sy sambut didepan pintu dan langsung sy beri kecupan terhangat.
Terlihat ada yang berbeda dengan raut wajahnya..
Tiba2 suamiku bertanya... Ada apa istriku?
Dan Alhamdulilah, tak lama kemudian Kami bisa beli rumah di SanFai property dan rumah tangga Kami akhirnya kembali harmonis kembali. Kami Dan Anak2 juga sangat bahagia karena Tinggal di SanFai property karena:
✅ Kualitas nya ok
✅ Legalitas terjamin
✅ Lokasi strategis
✅ Harga sangat ekonomisπ
Gak sia2 ternyata beli rumah di SanFai property. Terimakasih kpd SanFai property yg telah menyatukan keluarga Kami kembali π